Pengaruh Budaya Korea di Indonesia

1

  1. Latar Belakang

Virus budaya korea kontemporer Hallyu yang mengakibatkan “demam korea ” sudah menginfeksi Indonesia. Ratusan judul drama, musik pop, serial, film, game, hingga boyband yang berbau korea diputar dan dipertontonkan di layar televisi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.

Korea, sekaligus budaya di dalamnya, memiliki daya tarik yang luar biasa yang mengakibatkan jumlah pecinta dan pemerhatinya bertambah dari waktu ke waktu. Orang tertarik pada Korea karena Korea itu unik dalam berbagai sisinya termasuk kebudayaan, kuliner, hingga pariwisatanya. Kini demam korea terjadi hampir di seluruh Negara di dunia salah satunya adalah negeri kita Indonesia. Indonesia yang merupakan Negara yang padat penduduknya kini sedang dilanda demam korea. Awalnya, sehabis drama Full House ditayangkan, banyak drama lain yang ditayangkan di stasiun tv Indonesia. Puncaknya adalah ketika ada sebuah drama korea baru yaitu BBF, Indonesia langsung dilanda demam Korea.

Yang luar biasa tidak hanya dramanya saja, Boyband dan Girlbandnya juga di sukai anak muda di Indonesia. Bukan hanya anak muda yang menyukainya bahkan anak kecil dan dewasa juga suka karena wajah K-Pop alias boyband asal Korea disukai mulai dari personilnya yang keren, ganteng, cantik dengan wajah oriental mereka kemudian lagu, aksi dance, gaya rambut, sampai style fashion mereka yang unik dianggap sebagai trendsetter masa kini.

Korean Wave ( Hallyu ) mampu mempengaruhi pola hidup dan cara berpikir masyarakat yang dipengaruhi. Hal ini lah yang disadari pemerintah Korea, bahwa dengan merebaknya Korean Wave, akan membuka jalan bagi kemajuan ekonomi Korea. Pemerintah Korea menyadari betul potensi Korean Wave sehingga rela mengucurkan dana untuk membiayai produksi hiburan mulai dari film, sinetron hingga musik.

Negara Indonesia pun tidak luput dari pengaruh Korean Wave. Kegilaan fandom ini boleh dikatakan tidak jauh berbeda dibandingkan kota besar lainnya di Indonesia. Di sepanjang jalan dapat dengan mudah kita temui pengaruh Korean Wave. Remaja di Indonesia banyak yang telah mengadopsi fashion Korea untuk kesehariannya. Bukan hanya dari segi fashion, alat make-up, alat elektronik dan gadget buatan Korea pun menjadi incaran. Tempat penyewaan dan penjualan VCD dan DVD Korea pun semakin laris. Belum lagi tempat-tempat kursus bahasa Korea yang semakin menjamur seiring dengan meningkatnya minat untuk belajar bahasa Korea.

Tidak ketinggalan pula Korea Lovers yang menganggap dirinya memiliki identitas ke-Korea-an yang tinggi menghimpun teman-temannya membentuk fandomartis Korea atau dikenal sebagai Korea Lovers misalnya : EXO-L,E.L.F, Sone,

  1. Analisis

Kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang artinya adalah universal. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dikuasai oleh negara-negara maju. Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Salah satu dampak Globalisasi adalah Korean Wave.

Korean Wave atau HallyuGelombang Korea adalah sebuah istilah yang menjurus pada popularitas budaya pop Korea di luar negeri. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Korea dan kebudayaan Korea. GenreKorean wave berkisar dari film, drama televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat dialami oleh industri budaya Korea melalui produk tayangan drama televisi, film, dan musik menjadikannya suatu fenomena yang menarik perhatian masyarakat luas sehingga di implementasikan sebagai budaya internasional yang berusaha di ciptakan oleh  korea selatan yang mampu membangun citra Korea Selatan dan mendukung peningkatan posisi Korea Selatan di forum internasional secara umum.

Indonesia termasuk negara yang sedang terkena demam Korea. Hal ini dapat terlihat ditelevisi, majalah dan juga internet di Indonesia yang sekarang berlomba-lomba untuk menayangkan atau menginformasikan seputar berita-berita korea. Di televisi bahkan sudah banyak menayangkan tayangan-tayangan hiburan setiap harinya yang berhubungan dengan Korea, misalnya film, drama serial, musik, dan infotaiment tentang Korea. Tidak dapat dipungkiri bahwa televisi menjadi sarana utama bagi masyarakat Indonesia  untuk mendapatkan informasi mengenai segala sesuatu yang berbau korea, tidak hanya itu majalah atau tabloid bahkan koran sebagai media massa di Indonesia juga menuliskan tentang berita seputar korea dan para remaja juga bisa melihat dan mendapatkan video-video film bahkan musik serta informasi-informasi tentang budaya korea melalui media elektronik ini. Pada dasarnya, globalisasi budaya Korea tersebut tak bisa dilepaskan dari peran media. Media membawa nilai-nilai budaya Korea ke luar negeri dan menjadi salah satu penunjang utama berhasilnya gerakan hallyu atau globalisasi budaya Korea di dunia internasional. Media yang banyak berperan dalam persebaran nilai-nilai budaya Korea pada mulanya adalah televisi, yang menayangkan drama-drama Korea. Populernya K-drama membuat rasa ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap budaya Korea meningkat. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa pemeran drama Korea juga berprofesi sebagai penyanyi, sehingga menjadi idol bagi masyarakat Indonesia. Contohnya drama Korea Athena yang melibatkan boyband Super Junior, atau drama Korea berjudul Full House menjadikan Rain yang juga sebagai penyanyi, memperkenalkan musik Korea di Indonesia. Sehingga membuat musik Korea marak menjajal Indonesia. Korean pop atau K-pop mulai masuk dan berkembang dalam dunia musik Indonesia. Terinspirasi dengan boys band dan girls band Korea, lahirlah banyak boysband dan girls band Indonesia, diantaranya Smash, Max 5, 7 Icons atau pun Cherrybelle. Acara-acara televisi pun sudah menayangkan program acaranya dengan kesan Korea. Tentunya ini bukan hal yang seluruhnya buruk karena rasa ketertarikan dapat memberikan nilai yang positif pada hubungan antar negara, namun harus diperhatikan lagi bahwa ketertarikan ini menyebabkan masyarakat, terutama kalangan muda lebih tertarik dengan budaya Korea dari pada budaya Indonesia sendiri. Pengaruh kebudayaan Korea yang disebarkan melalui media massa sudah merasuk di berbagai segi kehidupan masyarakat Indonesia. Media massa lah yang paling berperan memberikan akses mudah untuk menikmati segala sesuatu yang berbau Korea.

Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Sekarang ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa Korea Wave ini membawa pengaruh besar terhadap generasi muda di Indonesia yang sedang memuja korea wave. Inilah yang ditakutkan dari globalisasi, yaitu ketika masyarakat lokal “menuhankan” budaya asing dan menelantarkan budaya aslinya sendiri tapi kita tidak menyadarinya.

Sebenarnya kita sedang terjajah dengan kejayaan Korean Pop Culture di Indonesia.. Gelombang Hallyu yang sangat besar di Indonesia menjadi pemacu semangat yang nyata untuk melakukan perubahan khususnya bagi para remaja. Korean Wave pada dasarnya sangat menarik untuk dipelajari dan menginspirasi dengan segala kemodernannnya, ada semangat untuk jauh mempelajari tentang kebudayaan modern tersebut, tetapi semangat tersebut haruslah tidak membuat kita sampai meninggalkan budaya tradisional didalamnya. Hal tersebut menjadi menarik untuk dipelajari untuk para remaja di Indonesia, bahwa ketika kita sedang terpengaruh dengan kebudayaan lain yang masuk, kita punya filter yaitu kebudayaan sendiri, supaya antara tradisi dan modenitas dapat berjalan serasi, selaras, dan seimbang. Pada akhirnya, kejayaan Korean Pop Culture di Indonesia haruslah dapat menginspirasi kita semua untuk memajukan dan berjaya dengan Indonesian Pop Culture. Tanpa melupakan bahkan meninggalkan kebudayaan Indonesia milik diri kita sendiri.

Dalam perkembangannya Korean Wave khususnya mengenai Korean Pop (K-POP) di Indonesia ini sendiri, banyak terdapat dampak-dampak yang membuat bangsa ini menjadi lebih maju, namun ada juga dampak yang membuat bangsa ini menjadi miskin budaya asli atau dengan kata lain melupakan budayanya sendiri.

Dampak positif K-pop bagi remaja Indonesia :

  • Remaja indonesia dapat belajar tentang budaya negara lain khususnya korea.
  • Remaja indonesia bisa mengambil cara idola mereka meraih kesuksesan. Dimana kita tahu di korea tidak mudah untuk menjadi artis, mereka harus bekerja keras selama bertahun-tahun untuk meraih cita-cita mereka.
  • Remaja indonesia lebih aktif di sosial media sehingga dapat mendapat teman dari berbagai daerah.
  • Wawasan remaja indonesia menjadi luas, dengan keinginan mereka untuk mempelajari bahasa korea.
  • Bagi remaja yang ingin melanjutkan study ke korea, akan menumbbuhkan semangat belajar untuk mendapatkan beasiswa agar mendapat beasiswa.

Dampak negatif K-pop terhadap remaja Indonesia:

  • Remaja indonesia cenderung meniru idola dan budaya korea yang tidak sesuai dengan adat indonesia.
  • Kpop fanatik dapat berdampak pada menurunnya rasa cinta remaja indonesia terhadap negaranya sendiri. Mereka akan lebih mencitai negara orang lain (korea) dan lebih mengenal budaya korea dibanding budaya negaranya sendiri.
  • Dampak negatif juga dapat muncul dari drama korea. Dimana hampir semua drama mereka terdapat adegan dewasa yang bahkan tidak sesuai dengan usia penontonnya. (di indonesia pecinta kpop rata-rata pelajar).
  • Fashion remaja indonesia juga terpengaruhi, contohnya: seorang siswa yang meniru penampilan seorang artis terkenal, seperti rambut gondrong, memakai anting dan kalung secara berlebihan, bahkan dia juga menuru gaya dan sikap dari artis tersebut. gaya seperti itu akan mengundang komentar masyarakat lain dan dinilai urakan dan tidak sopan karena tidak sesuai dengan budaya di indonesia.
  • Pecinta kpop lebih menyukai produk korea. Seperti lagu dan artisnya.
  • Pelajar rela membolos sekolah untuk mengantri tiket konser artis korea.
  1. Kesimpulan
  • Pada kasus penyebaran budaya K-pop di Indonesia, terjadi dalam hal selera dimana pemilihan tayangan hiburannya lebih dominan pada Korea, sehingga selera akan segala sesuatu yang bernuansa Korea. Kini menjadikan produk Korea di pasaran sebagai barang incaran untuk mengikuti mode para artis Korea. Fashion Korea juga banyak berpengaruh terhadap selera para penggemar budaya pop Korea. Mereka memiliki keinginan untuk mengikuti gaya berbusana Korea yang mereka anggap keren dan unik.
  • Dengan aneka norma dan nilai budaya lokal yang melekat dalam praktek sosial sehari-hari, memengaruhi tingkat dominasi budaya K-pop terhadap para penggemar. Dalam pembentukan pribadinya, sebagai seseorang yang sangat Korea dan tidak memperdulikan perkataan orang lain terhadap dirinya. Mereka juga adalah tipe orang yang hanya nyaman bergaul dengan sesama penggemar Korea. Jadi, bila ia menemukan orang di sekitarnya yang tidak menyukai Korea, maka ia akan meninggalkannya. Ini menunjukkan bahwa pengaruh budaya K-pop yang disebarkan melalui media berbeda pada tiap individu. Jadi jelas bahwa media di sini bukan faktor penentu utama dalam menentukan sikap khalayak media yang aktif. Banyak pertimbangan-pertimbangan yang menjadi hambatan bagi media untuk memengaruhi keinginan  khalayak.

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar